Pengertian Sehat Menurut WHO
Kabar6-Menurut WHO, ada tiga komponen
penting yang merupakan satu kesatuan dalam definisi sehat yaitu:
1. Sehat Jasmani
Sehat jasmani merupakan komponen penting
dalam arti sehat seutuhnya, berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit
bersih, mata bersinar, rambut tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak
gemuk, nafas tidak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit dan seluruh
fungsi fisiologi tubuh berjalan normal.
Sehat Mental dan sehat jasmani selalu
dihubungkan satu sama lain dalam pepatah kuno “Jiwa yang sehat terdapat di
dalam tubuh yang sehat “(Men Sana In Corpore Sano)”.
Atribut seorang insan yang memiliki mental
yang sehat adalah sebagai berikut:
a. Selalu merasa puas dengan apa yang ada
pada dirinya, tidak pernah menyesal dan kasihan terhadap dirinya, selalu
gembira, santai dan menyenangkan serta tidak ada tanda-tanda konflik kejiwaan.
b. Dapat bergaul dengan baik dan dapat
menerima kritik serta tidak mudah tersinggung dan marah, selalu pengertian dan
toleransi terhadap kebutuhan emosi orang lain.
c. Dapat mengontrol diri dan tidak mudah
emosi serta tidak mudah takut, cemburu, benci serta menghadapi dan dapat
menyelesaikan masalah secara cerdik dan bijaksana.
3. Kesejahteraan Sosial
Batasan kesejahteraan sosial yang ada di
setiap tempat atau negara sulit diukur dan sangat tergantung pada kultur,
kebudayaan dan tingkat kemakmuran masyarakat setempat. Dalam arti yang lebih
hakiki, kesejahteraan sosial adalah suasana kehidupan berupa perasaan aman
damai dan sejahtera, cukup pangan, sandang dan papan. Dalam kehidupan
masyarakat yang sejahtera, masyarakat hidup tertib dan selalu menghargai
kepentingan orang lain serta masyarakat umum.
4. Sehat Spiritual
Spiritual merupakan komponen tambahan pada
definisi sehat oleh WHO dan memiliki arti penting dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat. Setiap individu perlu mendapat pendidikan formal maupun informal,
kesempatan untuk berlibur, mendengar alunan lagu dan musik, siraman rohani
seperti ceramah agama dan lainnya agar terjadi keseimbangan jiwa yang dinamis
dan tidak monoton.
Keempat komponen ini dikenal sebagai sehat
positif atau disebut sebagai “Positive Health” karena lebih realistis
dibandingkan dengan definisi WHO yang hanya bersifat idealistik semata-mata.
Istilah sehat dalam kehidupan sehari-hari sering dipakai untuk menyatakan
bahwa sesuatu dapat bekerja secara normal. Bahkan benda mati pun seperti
kendaraan bermotor atau mesin, jika dapat berfungsi secara normal, maka seringkali oleh pemiliknya
dikatakan bahwa kendaraannya dalam kondisi sehat. Kebanyakan orang mengatakan
sehat jika badannya merasa segar dan nyaman. Bahkan seorang dokterpun akan menyatakan pasiennya
sehat manakala menurut hasil pemeriksaan yang dilakukannya mendapatkan seluruh
tubuh pasien berfungsi secara normal. Namun demikian, pengertian sehat yang
sebenarnya tidaklah demikian. Pengertian
sehat menurut UU Pokok Kesehatan No. 9 tahun 1960, Bab I Pasal 2 adalah
keadaan yang meliputi kesehatan badan (jasmani), rohani (mental), dan sosial,
serta bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan. Pengertian sehat tersebut
sejalan dengan pengertian sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1975 sebagai
berikut: Sehat adalah suatu kondisi yang terbebas dari segala jenis penyakit,
baik fisik, mental, dan sosial.
Batasan kesehatan
tersebut di atas sekarang telah diperbaharui bila batasan kesehatan yang
terdahulu itu hanya mencakup tiga dimensi atau aspek, yakni: fisik, mental, dan
sosial, maka dalam Undang- Undang
N0. 23 Tahun 1992, kesehatan mencakup 4 aspek, yakni: fisik (badan),
mental (jiwa), sosial, dan ekonomi. Batasan kesehatan tersebut diilhami oleh
batasan kesehatan menurut WHO yang
paling baru. Pengertian kesehatan saat ini memang lebih luas dan dinamis,
dibandingkan dengan batasan sebelumnya. Hal ini berarti bahwa kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik,
mental, dan sosial saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam arti
mempunyai pekerjaan atau menghasilkan sesuatu secara ekonomi.
Bagi yang belum memasuki dunia kerja, anak dan remaja, atau bagi yang sudah tidak bekerja (pensiun) atau usia lanjut, berlaku
arti produktif secara sosial. Misalnya produktif secara sosial-ekonomi bagi siswa sekolah atau mahasiswa adalah mencapai prestasi yang baik, sedang
produktif secara sosial-ekonomi bagi usia lanjut atau para pensiunan adalah
mempunyai kegiatan sosial dan keagamaan yang bermanfat, bukan saja bagi
dirinya, tetapi juga bagi orang lain atau masyarakat.
Keempat dimensi kesehatan tersebut saling mempengaruhi dalam mewujudkan tingkat kesehatan seseorang, kelompok atau masyarakat.
Itulah sebabnya, maka kesehatan bersifat
menyeluruh mengandung keempat aspek. Perwujudan dari masing-masing aspek
tersebut dalam kesehatan seseorang antara lain sebagai berikut:
1. Kesehatan fisik terwujud apabila
sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang
secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau
tidak mengalami gangguan.
2. Kesehatan mental (jiwa) mencakup
3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan spiritual.
• Pikiran sehat tercermin dari cara
berpikir atau jalan pikiran.
• Emosional sehat tercermin dari kemampuan
seseorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir,
sedih dan sebagainya.
• Spiritual sehat
tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian,
kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan
Yang Maha Kuasa (Allah SWT dalam agama Islam). Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik
keagamaan seseorang.
Dengan perkataan lain, sehat spiritual
adalah keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan
agama yang dianutnya.
3. Kesehatan sosial terwujud apabila
seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik,
tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayan,
status sosial,ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.
4. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif,
dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong
terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang
belum dewasa (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan
sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagi kelompok tersebut,
yang berlaku adalah produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan yang
berguna bagi kehidupan mereka nanti, misalnya berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan lainnya
bagi usia lanjut.
Ciri - Ciri Anak Sehat
Orang tua mana yang tidak menginginkan anaknya selalu sehat? Namun orang tua seringkali tidak menyadari atau bahkan mungkin tidak mengetahui anaknya sedang dalam keadaan sakit. Tidak sepenuhnya kesalahan terletak pada orang tua, karena seringkali orang tua tidak mengetahui ciri-ciri anak sehat.
Adapun ciri-ciri anak sehat adalah sebagai berikut :
1. Bahagia dan responsif; ketika diajak bicara, si kecil menunjukkan kontak mata yang responsif. Banyak pakar perkembangan menyatakan, kecerdasan anak antara lain bisa dilihat dari kontak matanya yang responsif. Untuk menstimulasinya, ajak anak bicara setiap ada kesempatan. Baik ketika memberi makan, bermain atau ketika diajak berpergian. Biasakan bicara dengan melihat mata si kecil.
2. Rambut tidak mudah rontok dan kusam. Ini bukan masalah rambut tipis, karena tebal atau tipis biasanya sudah bawaan. Tapi jangan abaikan rambut si kecil yang mudah rontok dan tampak kusam. Bisa jadi dia kekurangan zat gizi tertentu, seperti vitamin B komplek dan mineral seng. Sebaliknya dengan rambut mengkilap dan kuat menunjukkan bahwa si kecil cukup gizi, serta kebersihan kulit kepala dan rambutnya terjaga
3. Gigi cemerlang. Senyum si kecil yang menggemaskan antara lain karena giginya tumbuh dengan baik, sesuai waktunya. Jika di usia setahun gigi pertamanya belum juga tumbuh, bisa jadi si kecil kekurangan kalsium. Tak perlu menunggu si kecil sakit gigi, sebaliknya biasakan ke dokter gigi 6 bulan sekali untuk pemeliharaan
4. Gusi merah muda, tak mudah berdarah. Kalau gusi si kecil mudah berdarah, ada kemungkinan dia mengalami kekurangan vitamin C. Gusi dan gigi terawat juga membuat si kecil tak bau mulut
5. Kulit bersih, dan jika terjadi luka mudah sembuh. Kesehatan termasuk kulit memang dimulai dengan kebersihan. Dalam kondisi sehat, sel-sel kulit juga lebih cepat memperbaiki diri ketika terjadi luka
6. Kuku merah muda, tidak pudar, dan tidak rapuh. Ini menunjukkan bahwa si kecil tidak mengalami anemia. Dan tidak kekurangan mineral kalsium
7. Suhu tubuh antara 36,5 derajat celcius – 37,5 derajat celcius. Tak perlu repot-repot setiap saat mengecek suhu tubuh si kecil dengan termometer. Kita cukup mengamati perilakunya saja, kelincahan dan keceriaannya bisa jadi pertanda suhu tubuhnya normal. Jika anak nampak lesu, baru cek suhu tubuhnya. Biasanya, jika terjadi infeksi kuman penyakit, suhu tubuh si kecil akan meningkat
8. Makan lahap si kecil terampil makan sesuai dengan tahap perkembangannya. Jika di usia 2 tahun anak masih melepeh makanannya, misalnya, bisa jadi dia mengalami gangguan mengunyah dan menelan makanan gara-gara ia tidak melalui ‘tahap emas’ belajar makan dengan baik di usia 6-12 bulan. Selain kurang gizi, gangguan ini juga bisa mengganggu kemampuan bicara anak, karena otot molor di organ mulut berkaitan erat dengan kemampuan bicara seseorang
9. Tidurnya lelap dalam waktu cukup. Anak usia di bawah 5 tahun perlu cukup tidur sekitar 10 jam sehari. Sehingga sel-sel saraf di otaknya berkembang baik. tentu saja ini akan mendukung perkembangan kecerdasannya, selain rangsangan dari lingkungan sekitarnya
10. Urusan ke belakang lancar. Si kecil buang air besar secara teratur, tidak pernah sembelit dan diare. Hal ini menunjukkan kerja organ pencernaannya baik. gangguan sembelit yang berkepanjangan dapat menyebabkan berbagai gangguan di organ dalam, karena sisa makanan terlalu lama tersimpan di perut. Selain itu, mungkin juga timbul gangguan di alat pembuangan, misalnya ambien. Karena anak sering mengejan. Sedangkan diare menunjukkan ada gangguan di alat pencernaan. Sehingga penyerapan makanannya kurang baik
11. Cocok dengan KMS (Kartu Menuju Sehat) atau agenda tumbuh kembang si kecil dari dokter. Sebaiknya anda jadikan primbon untuk memantau perkembangannya si kecil. Apakah tumbuh kembangnya sesuai dengan usianya? Bila terjadi penyimpangan, jangan tunda berkonsultasilah dengan dokter agar si kecil segera ditangani. Sehingga perkembangannya akan optimal
12. Antusias bermain anak sehat selalu antusias diajak bermain (tentu saja kecuali saat dia mengantuk). Sekedar bermain ciluk ba, main bola, atau mengayun-ayun tubuhnya akan cukup menyenangkan si kecil.
Menanamkan Rasa Percaya
Diri Pada Anak
Menanamkan rasa percaya diri pada anak sangat perlu kita lakukan
sejak anak masih dalam usia dini. Hal ini sangat penting mengingat efek jangka
panjang yang akan diperoleh anak kita saat mereka dewasa kelak. Rasa percaya
diri sangat peting untuk dimiliki oleh siapapun agar dalam menjalani kehidupan
bersosial kita tidak merasa rendah diri dan terbelakang. Namun pada kenyataannya,
tidak semua orang dibekali dengan rasa percaya diri yang cukup dalam diri
mereka dan hal ini, tak jarang, membuat kehidupan mereka menjadi terhambat.
Walaupun percaya diri adalah salah satu sifat manusia yang dimiliki sejak
lahir, namun bukan tidak mungkin rasa itu kita tumbuhkan agar dapat membawa
kebaikan kedepannya.
Sebelum kita membahas tentang cara-cara yang dapat kita lakukan
untuk menanamkan rasa percaya diri pada
anak, pertama-tama, kita harus mengerti terlebih dahulu tentang konsep percaya
diri yang sesungguhnya.Percaya diri berbeda dengan sombong. Yang perlu kita
tanamkan pada diri anak kita adalah bahwa percaya diri itu tentang merasa yakin
dan bangga dengan apa yang diri kita miliki. Bukan berarti kita harus
meremehkan orang lain namun percaya diri adalah bagaimana kita menghargai apa
yang telah kita miliki dalam diri kita dan kemudian mengembangkan
kemampuan-kemampuan yang kita miliki. Agar anak dapat memilik pemikiran yang
demikian, maka kita perlu melakukan beberapa langkah yang seharusnya kita
lakukan sejak anak kita usia dini. Langkah-langkah tersebut antara lain:
·
Memberi
contoh. Kita sebagai orang tua akan menjadi objek pertama yang ditiru oleh
anak-anak kita, maka kita harus memberikan contoh bahwa kita juga punya sifat
percaya diri dengan tidak sering mengeluh baik lewat perkataan maupun
perbuatan, misalnya. Kita harus membiasakan diri denganselalu berpikir positif
dan tidak ambil pusing terhadap hal-hal yang sepele yang jika kita lakukan
hanya akan membuat kita minder dan stress.
·
Terhadap
anak kita, kita dapat menanamkan rasa percaya diri itu secara tidak langsung
dengan selalu memberikan apresiasi atas hal-hal baik yang dilakukan anak kita.
Pujian yang kita berikan akan membuat anak merasa bahwa dirinya bisa berperan
dalam sesuatu. Ini adalah awal yang baik untuk sifat percaya dirinya.
·
Kita
harus memberi kebebasan pada anak kita untuk menyampaikan keinginannya, baik
itu dalam hal memutuskan sesuatu ataupun dalam berekspresi. Kita harus
memberinya kesempatan pada anak kita untuk memilih sesuatu dan kita harus
menghargainya karena tiap orang memiliki minat yang berbeda.
·
Sebaiknya
kita menghindari kebiasaan membanding-bandingkan karena hal ini dapat membuat
anak menjadi rendah hati.
Jika dilakukan sejak dini, langkah-langkah tersebut di atas akan
mampu mengantarkan anak kita ke kehidupan yang lebih percaya diri kedepannya.
Dia akan lebih optimis dalam menghadapi kehidupannya. Itulah manfaat yang akan
didapatkan jika sejak dini kita menanamkan rasa percaya diri pada anak.
ANAK YANG PERCAYA DIRI
Ditulis oleh
Sahabat Nestlé

Ketika anak Anda
bersikeras ingin makan atau memilih baju tidur sendiri, Anda tak perlu kecewa.
Sebaliknya Anda patut bangga karena si kecil sedang berusaha mandiri.
Seorang anak mulai membangun rasa percaya diri ketika ia
menginjak usia 2 tahun. Psikoanalis asal AS Erik Erikson mengembangkan teori
psikososial yang melihat pengaruh orang tua dan lingkungan terhadap
perkembangan karakter seorang anak. Erikson mengategorikan usia 2-3 tahun
sebagai fase otonomi. “Di situlah kemandirian yang erat kaitannya dengan
kepercayaan diri mulai berkembang,” kata Dra. Miranda D. Zafriel, MPsi,
psikolog dari Universitas Indonesia mengutip pendapat Erikson.
Kehendak otonomi dipicu dari kemampuan batita untuk berjalan,
memanjat, dan melompat dengan fasih ketika ia mulai mengeksplorasi
lingkungannya. Batita mulai menyadari bahwa ia adalah individu mandiri yang
punya keinginan dan kemampuan sendiri.
Tidak Dibawa Sejak Lahir
Pada awalnya konsep diri
(self-concept) bersifat netral. Konsep diri tersebut akan dinilai oleh diri
sendiri dan membentuk harga diri (self-esteem). Rasa percaya diri seseorang –
baik tinggi maupun rendah– tidak dibawa dari lahir. Artinya, pengaruh
lingkungan terhadap pembentukan kepercayaan diri sangat besar. Nyatanya, kata
Miranda, orang tua dan lingkungan seringkali tidak memahami kebutuhan anak
untuk menunjukkan kemandirian pada usia batita. Padahal, perasaan ”aku bisa”
sangat krusial untuk menumbuhkan kepercayaan diri pada anak.
Usia 4–6 tahun, anak memasuki fase inisiatif. Aktif di dalam
kelas atau memasak bersama teman dan guru di TK sangat baik untuk menumbuhkan
kepercayaan diri.
Menginjak usia sekolah, anak memasuki fase industri atau
pencapaian yang erat kaitannya dengan prestasi (terutama prestasi akademik di
sekolah) sebagai faktor yang memengaruhi tingkat kepercayaan diri. Kepercayaan
diri terus berubah sejalan dengan penerimaan pujian, cercaan, penghargaan,
kritik, apresiasi, dan keselarasan hubungan dengan orang lain.
Jika Anda ingin memupuk rasa percaya diri pada anak sejak dini,
Anda harus memberi kesempatan kepada si kecil. Tugas Anda selanjutnya adalah
menciptakan lingkungan yang aman bagi anak untuk belajar mandiri. Saat anak
bersikeras mengerjakan ”aktivitas rumit” demi memupuk kepercayaan diri, berikut
adalah beberapa solusi kreatif yang coba kami tawarkan dan siapa tahu memberi
inspirasi bagi Anda.
”Aku enggak mau disuapin!”
Mungkin Anda akrab dengan protes seperti itu? Membiarkan
si batita menyuapkan sendok dengan tangannya sendiri pasti akan berujung dengan
tumpahan makanan yang berserakan di lantai. Yang bisa Anda lakukan adalah
meminimalkan ”wilayah kerusakan” yang timbul akibat aktivitas anak. ”Saat ia
memaksa makan sendiri, Anda bisa membuat garis batas dan beri dia pengertian
bahwa serpihan makanan tidak boleh melewati pembatas tersebut,” kata Miranda.
Pemilihan perkakas rumah juga perlu diperhatikan. Hindari
penggunaan karpet (apalagi karpet tebal) sebagai penutup lantai di sekitar area
makan anak karena hal itu akan menyulitkan Anda membersihkan lantai dari
tumpahan makanan. Hindari pemakaian peralatan makan orang dewasa karena bisa
berbahaya. Jangan lupa untuk menyediakan kain lap yang bisa ia pakai untuk
menyeka mulut dan tangannya. Dengan mulut belepotan dan sisa makanan yang
mengotori lantai, dengan bangga ia akan berkata, ”Ma, makanku sudah habis.”
Senyum lebar nan tulus diiringi tepukan meriah dari Anda akan ia artikan
sebagai apresiasi positif atas preatasi yang ia ukir. Ini akan menjadi bekal
yang baik untuk membangun kepercayaan dirinya.
Menyisir rambut sendiri
Menggenggam sisir bukanlah hal mudah bagi si pemilik jemari
mungil. Tentu tidak adil jika Anda mengkritik tata rambut yang ia ciptakan
mati-matian. Kepercayaan diri bisa runtuh begitu ia sadar bahwa ia sama sekali
tidak bisa menyisir rambut dengan baik. Ada baiknya Anda katakan, ”Wow! Model
jepit rambut di samping kiri itu cantik sekali. Tapi menyisir bagian belakang
rambut memang agak sulit, boleh Mama bantu?”. Dengan demikian ia tahu bahwa
Anda menyukai hasil karyanya dan menganggap kontribusi Anda hanya sebagai
pelengkap masterpiece-nya. Sesekali mintalah bantuan kepada si batita untuk
menyisir rambut Anda sebelum tidur. Pasti menyenangkan!
Memilih pakaian sendiri
Biasakan untuk selalu menyusun pakaian anak berdasarkan kategori
tertentu. Misalnya, laci paling atas untuk pakaian keluar rumah, laci tengah
untuk baju sehari-hari di rumah, dan laci paling bawah untuk pakaian dalam.
Ketika anak ingin memilih sendiri baju yang ingin ia pakai ke kelompok bermain,
cukup tumpukan laci teratas saja yang berantakan. Selain itu, penyusunan
pakaian secara sistematis juga mengurangi kebingungan anak dalam memilih baju
sehingga memilihnya tidak akan terlalu banyak memakan waktu.
Cara lain, sebelum ia tidur, Anda bisa bertanya kepada anak,
baju apa yang ingin ia kenakan untuk berlibur ke rumah kakek esok hari. Saat
bangun pagi, dia sudah tahu bahwa baju biru bergambar ikan paus yang ia pilih
sendiri akan menemaninya bermain puzzle bersama sang kakek.
Mandi sendiri
Apakah Anda merasa khawatir setiap kali anak merengek ingin
mandi sendiri? Membayangkan kemungkinan ia bisa terpeleset, terbentur, atau
tidak menyabuni punggung dan bagian belakang telinga, membuat Anda ragu memberi
izin. Tapi sebaiknya Anda memberi dia kesempatan untuk membuktikan kemampuannya
merawat tubuh sendiri.
Yang perlu Anda lakukan adalah menciptakan lingkungan yang aman
seperti memberi alas pada lantai kamar mandi agar permukaan tidak licin,
memilih sabun dan sampo yang tidak pedih di mata, memeriksa temperatur air, dan
membatasi waktu mandi agar anak tidak kedinginan. Ada baiknya Anda menerapkan
ritual mandi bersama sehinga Anda bisa minta bantuannya menyabuni punggung Anda
lalu giliran Anda yang menggosok punggung mungilnya. Cara itu efektif untuk mengajari
kemandirian dan pasti sangat berpengaruh terhadap perkembangan kepercayaan
diri.
Menggunting kertas sendiri
Mendengar kata gunting pasti Anda langsung teringat pada luka
yang bisa disebabkan benda tajam ini. Sementara bagi anak, gunting adalah benda
mengagumkan yang bisa mengubah selembar kertas segiempat menjadi bentuk mobil
atau binatang. Untuk tahap awal, jangan memberi batita dengan bentuk-bentuk
yang terlalu rumit dan penuh detail. Anda juga tidak perlu khawatir jari-jari
anak akan terluka, cukup gunakan gunting khusus anak.
Sebaiknya, jangan terhenti pada kegiatan menggunting. Lanjutkan
dengan aktivitas menempelkan guntingan kertas pada album khusus dan buatlah
cerita sederhana dari hasil karyanya. Jika ia sudah lebih dewasa dan sudah
saatnya belajar menggunakan gunting tajam, beri pengertian bahwa memakai
gunting perlu ekstra hati-hati agar tidak melukai dirinya.
Pemacu Semangat Mandiri
Untuk mulai memupuk kepercayaan diri pada anak, sebaiknya Anda :
·
Mempercayainya.
Buka kesempatan selebar-lebarnya kepada anak untuk menunjukkan kemandirian.
Paling utama, anak harus yakin bahwa orang tua percaya akan kemampuannya.
·
Jangan
mendikte. Memaksa agar makanan jangan sampai tumpah, menyisir rambut harus
rapi, dan tidak menyukai pilihan baju yang sudah ia tetapkan, akan membuat anak
merasa terdikte. Peraturan ”harus begini dan harus begitu” membatasi anak dari
belajar mandiri terutama pada fase otonomi yang berpengaruh besar bagi
perkembangan kepercayaan diri.
·
Dukung
dengan lingkungan. Lingkungan yang ramah terhadap anak pasti membuat orang tua
merasa tenang ketika anak belajar mengasah inderanya untuk mengerjakan sendiri
aktivitas yang semakin kompleks.
·
Harus
percaya diri. Anak adalah peniru ulung. Sebagai orang tua, Anda juga harus
menunjukkan kepercayaan diri yang tinggi di depan anak. Tidak perlu menepuk
dada atau berperilaku angkuh, cukup buktikan bahwa Anda adalah orang tua yang
cekatan, serba bisa, dan kreatif.
Orangtua adalah Kunci Membuat Anak Kreatif
·
Betapa berbedanya
permainan anak zaman sekarang dengan permainan anak zaman dulu. Jika dulu alam
masih merupakan sumber daya yang sangat luas, sekarang sudah tidak lagi.
Anak-anak zaman dulu bisa bersenang-senang hanya dengan “berbekal” potongan
kayu dan kulit jeruk Bali. Zaman sekarang? Bisa jadi anak-anak bingung jika
disodorkan permainan seperti itu. Namun, jangan buru-buru menyalahkan siapa
pun, karena menurut penelitian, kekurangan gairah untuk berkreasi pada anak
justru disebabkan oleh para orangtua.
·
Kebanyakan
anak membawa sikap dan sifat yang mereka pelajari dari lingkungan,
secara spesifik, orangtuanya. Sayangnya, menurut literatur yang disebutkan oleh
situs MSN, sebanyak 61 persen orangtua bergantung pada sekolah, televisi, dan
permainan komputer untuk perkembangan kreatif anak-anaknya. Padahal, menurut
presenter acara seni anak SMart, dari stasiun CBBC, Kirsten O’Brien, “Peran
orangtua sangat penting untuk mendukung proses berpikir kreatif dan imajinatif
anak-anaknya. Kita perlu membantu para orangtua untuk bisa bermain dan
menginspirasi energi kreatif anak. Anak-anak pun akan selalu mengingat
pengalaman berbagi mainan dengan orangtuanya itu.”
·
Paul Geraghty, pengarang
cerita anak The Hunter and Dinosaur in Danger mengatakan,
"Kreativitas adalah bagian penting dalam perkembangan setiap anak. Sama
seperti matematika dan bahasa, kreativitas perlu latihan dan dukungan.
Kreativitas membawa kepuasan seumur hidup jika didorong sejak dini dan dilatih
sepanjang masa kanak-kanak.”
·
Sayangnya, dalam
penelitian yang sama ditemukan pula alasan para orangtua mengapa mereka tidak
meluangkan waktu untuk berkreasi dengan anak-anaknya. Alasan yang dilontarkan
antara lain adalah karena para orangtua tidak punya kemampuan kreatif atau
karena tak punya waktu luang.
·
Penelitian
tersebut juga menunjukkan bahwa membaca buku bersama adalah kegiatan
orangtua-anak yang paling digemari. Artinya, sebenarnya tidak sulit membuat
anak merasa senang dan nyaman. Selain itu, Anda juga bisa mencoba untuk
menyelesaikan puzzle bersama, membuat kreasi seni, atau
membuat hastakarya dari situs-situs arts and crafts untuk
anak-anak yang bisa ditemukan dengan mudah di internet.
Belajar kreatif
dirumah
·
jika dibiarkan
sendiri, anak-anak sangat kreatif bahkan seringkali lebih kreatif daripada
kita. Namun, tanpa disadari kita sering menciptakan lingkungan yang
membuat anak-anak tidak kreatif. Misalnya anak-anak lebih banyak menonton tivi
atau bermain permainan komputer.
·
Anak-anak membutuhkan
pengetahuan dan keterampilan, tetapi mereka juga perlu belajar bagaimana untuk
berpikir kreatif yaitu menciptakan ide-ide baru dari awal. Kreatifitas
adalah keterampilan hidup yang penting.
·
Jika para guru di
sekolah tidak mengajarkan anak-anak berkreatifitas Anda bisa melakukannya di
rumah. Jadi mematikan TV, matikan permainan komputer dan ajak anak Anda
untuk melakukan permainan yang memerlukan kreatifitas.
Cobalah lakukan kegiatan ini:
1. Melakukan kegiatan diluar rumah. Dorong mereka
untuk pergi ke luar dan bermain.
2. Membuat suatu seni kerajinan. Masukan kertas,
memo, lem, pernak-pernik, spidol, krayon, karet gelang, klip kertas, kancing,
benang, dan hal lain yang dapat Anda temukan di atas meja. Ajak anak-anak
Anda untuk membuat sesuatu.
3. Bermain permainan hewan. Ajukan
pertanyaan. Bagaimana hewan membantu mereka bertahan hidup? Minta
mereka untuk menggambar binatang dengan kepala satu, tubuh besar dan ekor
pendek. Nama apa yang akan mereka berikan kepada hewan ini? Apa yang
akan dimakan hewan ini?Bagaimana dia bertahan hidup? Bagaimana bunyi
suaranya? Dimana hewan ini akan hidup?
4. Bercerita. Anda mulai dengan dua kalimat
pertama. "Disuatu desa ada seorang gadis kecil bernama Safna yang
mencintai kelinci kecilnya bernama manis pada suatu hari manis mendadak.
..." Anak-anak menyambung dengan kalimat selanjutnya dan kalimat lain
yang berhenti di tengah. Anda mendapatkan giliran yang lain. Mereka
juga akan mendapatkan giliran lagi. Beri waktu untuk permainan ini.
Masing-masing mendapat satu atau dua menit dan ketika bel berbunyi giliran
pemain berikutnya yang akan bercerita..
5. Membuat hal-hal dari kayu. Anak-anak suka membuat
hal-hal dari kayu. Bantu mereka membuat rumah burung. Gunakan
rancangan dari buku atau dari internet. Buatlah sebuah kotak kecil dengan
atap, lubang, dan tongkat untuk bertengger lalu menggantungnya di pohon
dan sekarang anak-anak bisa menonton burung dengan senang.
6. Bermain dengan boneka. Gunakan kertas untuk
boneka jari. Buat sesuatu yang sederhana seperti wajah kecil pada selembar
kertas, dipotong, dan ditempel di jari bisa menjadi boneka. Buat boneka
seolah-olah bisa bicara dan bernyanyi. Selanjutnya Anda dapat beralih ke
cerita wayang, mulailah dengan hanya dua karakter: satu anak dan satu dewasa,
dua anak, dua hewan. Mereka akan mulai menambahkan karakter.
7. Percobaan dengan ilmu pengetahuan. Cari petunjuk
dari internet atau buku cara membuat bel atau motor listrik dari sampah seperti
kaleng, kawat, sekrup. Lalu buat sebuah perlombaan dan mereka mungkin akan
terkejut melihat siapa yang menang. Jika mereka mencari tahu mengapa
mereka bisa kalah dan dimana letak masalahnya, suatu hari nanti mereka
akan mempelajarinya dalam pelajaran fisika.
Membuat Anak Cerdas Kreatif
Bagaimana
membuat anak cerdas dan kreatif? Semua orang tua pasti mau memiliki anak yang
cerdas kreatif, namun banyak hal yang perlu diperhatikan untuk membuat anak
cerdas. Pada dasarnya semua anak itu cerdas, mereka ingin tahu dan mencari
pelajaran untuk belajar. Mereka belajar dengan cepat, menggunakan apa yang
telah mereka pelajari dengan segera. Mereka kreatif dan mampu muncul dengan
ide-ide baru, solusi baru dan kreasi baru, kita hanya di tugaskan untuk
mengasahnya saja, semua orang tua menginginkan anak yang cerdas, anak pintar
yang kelak bisa hidup sukses dan punya masa depan cemerlang.
Menciptakan
anak yang cerdas dan kreatif tentunya harus dimulai pada saat anak masih berada
dalam kandungan. Pengaruh musik klasik memberikan respon positif pada tumbuh
kembang anak, stimulus dari musik klasik amat sangat bagus untuk otak. Apalagi
neuron berkembangan dengan kecepatan mengejutkan, antara 50-100 ribu per detik
selama pertumbuhan janin. Kalikan angka dalam satuan detik itu dengan sembilan
bulan, maka jumlahnya saja tak terbayangkan oleh penulis. Ada yang mau membantu
menghitung?
Dengan
memberikan nutrisi terbaik bagi anak semenjak di dalam kandungan dan di kala
bayi juga sangat membantu perkembangan otak anak sehingga mampu menjadi anak
yang cerdas kreatif. Anak mempunyai potensi menjadi manusia cerdas sejak ia
diciptakan oleh Tuhan. Pada usia balita, berikan dia permainan yang menantang
dia berpikir, contohnya sebuah game yang menarik seperti puzle, jangan terlalu
sering di beri permainan yang bisa memanjakan dirinya seperti mobil-mobilan,
boneka dan lain sebagainya, namun sekali-kali juga diperlukan untuk refresing
supaya tidak terlalu bosan dengan permainan itu.
Cara lain
membuat anak kreatif yaitu dengan menambahkan rasa penasaran pada si anak untuk
selalu ingin tahu. Anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, dia selalu akan
belajar dan mengingat apa yang telah ia pelajari.
Pada
dasarnya semua anak dilahirkan dalam keadaan sangat cerdas. Sikap dan
pengetahuan serta kemampuan orang tua dan orang-orang yang dekat dengan anak
sangat menentukan apakah kecerdasan anak akan semakin berkembang atau justru
semakin terkubur tanpa sempat terlihat.
Cara agar anak mudah bergaul
Jika anda telah mengenali penyebab anak menjadi kurang percaya
diri dan susah bergaul.
Orangtua harus cepat mengambil langkah dan solusi untuk membimbing sang buah hati agar dapat terjun ke dalam lingkungan pergaulan.
Usia yang tepat untuk mengajarkan anak bersosialisai dengan lingkungan adalah ketika anak masuk dalam tahap usia prasekolah 5-6 tahun.
Berikut ini diuraikan oleh Psikolog, Sautnauli Bertina Napitupulu cara agar anak lebih berani dan mantap dalam bergaul.
1. Ajarkan Cara berkenalan
Orangtua disarankan untuk sering mengajak anak ke tempat yang bisa bertemu orang banyak sambil mengajarkan cara memperkenalkan diri dengan orang baru.
2. Biasakan untuk selalu menatap mata
Bila bicara dengan anak tataplah matanya dengan penuh perhatian, otomatis hal ini akan ditiru oleh anak. Anak yang mampu melakukan kontak mata yang baik ketika berkomunikasi akan mempunyai kepercayaan diri pada saat berkomunikasi dengan lingkungan pergaulannya.
3. Biasakan anda dan anak memberi salam atau menyapa
Hal ini berguna untuk melatih keberanian anak agar terbiasa melakukannya dan bersikap sopan meskipun berhadapan dengan anak seusianya.
4. Biasakan Sharing With friend
Cara ini bermanfaat agar anak tidak menjadi pribadi yang egois dan mau berbagi dengan siapapun.
5. Tanamkan sikap berempati
Contohnya jika melihat temannya menangis, ajarkan anak untuk mau mendekati dan menghibur atau sekedar untuk menanyakan kondisinya.
6. Berikan Pujian
Ketika anak mampu melakukan sesuatu yang berhubungan dengan sosialisasi dan adaptasi, berikan mereka pujian atau motivasi agar anak merasa dihargai dan terus tertantang untuk melakukan hal yang lebih baik.
Orangtua harus cepat mengambil langkah dan solusi untuk membimbing sang buah hati agar dapat terjun ke dalam lingkungan pergaulan.
Usia yang tepat untuk mengajarkan anak bersosialisai dengan lingkungan adalah ketika anak masuk dalam tahap usia prasekolah 5-6 tahun.
Berikut ini diuraikan oleh Psikolog, Sautnauli Bertina Napitupulu cara agar anak lebih berani dan mantap dalam bergaul.
1. Ajarkan Cara berkenalan
Orangtua disarankan untuk sering mengajak anak ke tempat yang bisa bertemu orang banyak sambil mengajarkan cara memperkenalkan diri dengan orang baru.
2. Biasakan untuk selalu menatap mata
Bila bicara dengan anak tataplah matanya dengan penuh perhatian, otomatis hal ini akan ditiru oleh anak. Anak yang mampu melakukan kontak mata yang baik ketika berkomunikasi akan mempunyai kepercayaan diri pada saat berkomunikasi dengan lingkungan pergaulannya.
3. Biasakan anda dan anak memberi salam atau menyapa
Hal ini berguna untuk melatih keberanian anak agar terbiasa melakukannya dan bersikap sopan meskipun berhadapan dengan anak seusianya.
4. Biasakan Sharing With friend
Cara ini bermanfaat agar anak tidak menjadi pribadi yang egois dan mau berbagi dengan siapapun.
5. Tanamkan sikap berempati
Contohnya jika melihat temannya menangis, ajarkan anak untuk mau mendekati dan menghibur atau sekedar untuk menanyakan kondisinya.
6. Berikan Pujian
Ketika anak mampu melakukan sesuatu yang berhubungan dengan sosialisasi dan adaptasi, berikan mereka pujian atau motivasi agar anak merasa dihargai dan terus tertantang untuk melakukan hal yang lebih baik.
TIPS MUDAH MENDIDIK ANAK TANGGUH
Anak yang life-ready adalah anak yang
tangguh dan siap menghadapi tantangan perubahan zaman, baik dalam aspek sosial
maupun individual.
Menurut Ratih A. Ibrahim, psikolog anak,
tanda-tanda anak yang life-ready adalah mereka yang sehat, kreatif, tidak
cengeng, lebih percaya diri, mudah bergaul, dan mau berbagi. Dia juga
mengatakan bahwa untuk mendidik anak yang tangguh diperlukan kerja sama antar orangtua.
Berikut adalah beberapa tips mudah untuk
para orang tua untuk menyiapkan anak menjadi life-ready:
1.
Pergaulan dan sopan santun: Orangtua perlu membimbing dan mengajarkan anak
tentang cara bergaul yang tepat, serta menjadi model yang baik bagi anaknya.
Misalnya mengajarkan bagaimana cara berinteraksi, bermain, serta bersikap sopan
santun yang baik dengan orang lain.
2.
Fokus pada tujuan: Orangtua perlu mengajarkan anak sejak dini agar fokus pada tujuan
utama hidupnya, menetapkan prioritas, menerapkan pengaturan waktu pada
kesehariannya, serta untuk tetap membangun relasi nyata dengan orang lain.
3.
Hilangkan rasa malu: Orangtua dapat membantu dan mendorong kemampuan bergaul anak. Contoh,
orangtua bisa membantu anak menghilangkan rasa malunya, dengan mengundang
beberapa teman sebaya anak untuk bermain di rumah.
4.
Penggunaan gadget: Orangtua mendidik agar anak-anak mampu mengatur dirinya sendiri dan
menerapkan disiplin diri, sehingga dia dapat lebih menggunakan gadget sesuai
kebutuhannya.
5.
Contoh positif: Orangtua perlu menunjukkan contoh-contoh positif kepada anak,
terutama dalam hal bertingkah laku. Karena cara anak belajar dan mengimitasi
apa yang dia amati dari orang lain, kemudian membentuk kecerdasan sosialnya.
6.
Bahasa sederhana: Orangtua juga dapat membantu proses masa agresif anak dengan mengajak
anak berbicara dalam bahasa yang mudah dimengerti, mengenai apa dampak dari
sikap agresif bagi anak lainnya.
7.
Respons positif: Orangtua dari sejak dini membangun respons yang positif dan dapat
diandalkan oleh anak, agar ia tumbuh sebagai anak dengan kelekatan yang secure.
TIPS UNTUK ORANGTUA : BANTU SI KECIL YANG PEMALU UNTUK
BERSOSIALISASI
Cara Bantu Si Anak Pemalu Agar Lebih
Mudah Berteman.
Sifat setiap anak tentu
selalu berbeda satu dengan yang lain. Ada yang agresif, mudah bergaul juga
periang. Bagaimana jika si kecil termasuk anak yang pemalu? Anak yang memiliki
sifat pemalu biasanya sulit saat harus berbicara dengan anak lain, atau
terus-terusan menundukkan kepala saat diperkenalkan dengan orang baru.
Ketertutupan anak akan menghalanginya untuk bersosialisasi. Anak pemalu
biasanya akan membatasi interaksi mereka terhadap orang lain, tidak mampu
mengatasi risiko sosial dan hasilnya mereka tidak memiliki kepercayaan diri
dalam kehidupan sosial.
Kesulitan untuk beradaptasi dalam sebuah kelompok dan mendapatkan teman baru biasanya menjadi masalah yang kerap dialami si anak pemalu. Kabar baiknya, Anda bisa membantu si kecil merasa lebih nyaman dalam bersosialisasi dengan meningkatkan dan mempraktikkan keterampilan kompetensi sosial. Caranya seperti yang dilansir oleh Galtime berikut.
1. Melatih Kontak Mata
Saat Anda berbicara dengan si kecil katakan kepadanya, “Tatap mataku” atau “Lihat aku”. Dengan kesadaran untuk menguatkan kemampuannya dan menerapkan metode ini secara teratur, si kecil akan terbiasa melakukan kontak mata dalam berbicara.
Tips: Jika anak Anda takut untuk memandang langsung mata lawan bicaranya, katakan padanya untuk melihat batang hidung pembicara. Dengan sedikit latihan, si kecil biasanya tidak lagi membutuhkan teknik ini dan akan lebih berani untuk memandang mata lawan bicaranya.
2. Ajarkan Percakapan Pembuka dan Penutup
Buatlah sebuah daftar bersama anak Anda tentang kalimat pembuka percakapan sehari-hari yang dapat ia gunakan saat berkomunikasi. Misalnya, apa yang dapat ia katakan dengan orang yang sudah ia kenal, orang dewasa yang belum pernah ia temui, teman yang sudah lama tidak bertemu, murid baru di sekolah atau teman bermain bersama di sekitar rumah. Kemudian latih percakapan yang dibuat secara bergantian, sampai anak Anda merasa nyaman untuk melakukannya sendiri.
Tips: Mempraktekkan kemampuan bercakap-cakap melalui telepon jauh lebih aman bagi anak-anak pemalu daripada bertatap muka.
3. Melatih Interaksi Sosial
Persiapkan anak Anda untuk acara sosial yang akan dihadiri dengan menjelaskan bagaimana settingnya, apa yang diharapkan dan siapa saja yang hadir. Kemudian bantu ia untuk mempraktikkan bagaimana bila bertemu dengan orang lain, table manners, kemampuan percakapan dasar dan bahkan bagaimana mengatakan selamat tinggal dengan baik.
4. Praktekkan dengan Teman yang Lebih Muda
Philip Zimbardo, seorang terapis, menyarankan untuk mengajak anak Anda bermain dengan teman atau saudara yang lebih muda untuk beberapa waktu. Bagi remaja, cobalah menjadi pengasuh bayi atau anak kecil di rumah tetangga atau saudara. Cara ini baik bagi anak untuk mempraktekkan kemampuan bersosialisasi (memulai pembicaraan, menggunakan kontak mata) jika ia malu mencobanya dengan teman sebayanya.
5. Atur Kesempatan Bermain Berdua
Dr. Fred Frankel, seorang Psikolog dan pengembang UCLA Social Skills Training Program menyarankan kesempatan bermain berdua dengan teman merupakan cara terbaik untuk meningkatkan kepercayaan diri sosial pada anak. Anak Anda dapat mengundang seorang temannya untuk berkunjung dan bermain agar mereka bisa lebih saling mengenal dan melatih kemampuan menjalin pertemanan. Sediakan makanan ringan dan jaga agar kegiatan ini tidak terganggu oleh kakak/adiknya dan TV.
Kesulitan untuk beradaptasi dalam sebuah kelompok dan mendapatkan teman baru biasanya menjadi masalah yang kerap dialami si anak pemalu. Kabar baiknya, Anda bisa membantu si kecil merasa lebih nyaman dalam bersosialisasi dengan meningkatkan dan mempraktikkan keterampilan kompetensi sosial. Caranya seperti yang dilansir oleh Galtime berikut.
1. Melatih Kontak Mata
Saat Anda berbicara dengan si kecil katakan kepadanya, “Tatap mataku” atau “Lihat aku”. Dengan kesadaran untuk menguatkan kemampuannya dan menerapkan metode ini secara teratur, si kecil akan terbiasa melakukan kontak mata dalam berbicara.
Tips: Jika anak Anda takut untuk memandang langsung mata lawan bicaranya, katakan padanya untuk melihat batang hidung pembicara. Dengan sedikit latihan, si kecil biasanya tidak lagi membutuhkan teknik ini dan akan lebih berani untuk memandang mata lawan bicaranya.
2. Ajarkan Percakapan Pembuka dan Penutup
Buatlah sebuah daftar bersama anak Anda tentang kalimat pembuka percakapan sehari-hari yang dapat ia gunakan saat berkomunikasi. Misalnya, apa yang dapat ia katakan dengan orang yang sudah ia kenal, orang dewasa yang belum pernah ia temui, teman yang sudah lama tidak bertemu, murid baru di sekolah atau teman bermain bersama di sekitar rumah. Kemudian latih percakapan yang dibuat secara bergantian, sampai anak Anda merasa nyaman untuk melakukannya sendiri.
Tips: Mempraktekkan kemampuan bercakap-cakap melalui telepon jauh lebih aman bagi anak-anak pemalu daripada bertatap muka.
3. Melatih Interaksi Sosial
Persiapkan anak Anda untuk acara sosial yang akan dihadiri dengan menjelaskan bagaimana settingnya, apa yang diharapkan dan siapa saja yang hadir. Kemudian bantu ia untuk mempraktikkan bagaimana bila bertemu dengan orang lain, table manners, kemampuan percakapan dasar dan bahkan bagaimana mengatakan selamat tinggal dengan baik.
4. Praktekkan dengan Teman yang Lebih Muda
Philip Zimbardo, seorang terapis, menyarankan untuk mengajak anak Anda bermain dengan teman atau saudara yang lebih muda untuk beberapa waktu. Bagi remaja, cobalah menjadi pengasuh bayi atau anak kecil di rumah tetangga atau saudara. Cara ini baik bagi anak untuk mempraktekkan kemampuan bersosialisasi (memulai pembicaraan, menggunakan kontak mata) jika ia malu mencobanya dengan teman sebayanya.
5. Atur Kesempatan Bermain Berdua
Dr. Fred Frankel, seorang Psikolog dan pengembang UCLA Social Skills Training Program menyarankan kesempatan bermain berdua dengan teman merupakan cara terbaik untuk meningkatkan kepercayaan diri sosial pada anak. Anak Anda dapat mengundang seorang temannya untuk berkunjung dan bermain agar mereka bisa lebih saling mengenal dan melatih kemampuan menjalin pertemanan. Sediakan makanan ringan dan jaga agar kegiatan ini tidak terganggu oleh kakak/adiknya dan TV.
CiriCara: Cara Ajari Anak Untuk Bergaul
Seorang ibu tentunya menginginkan si anak
memiliki teman banyak dan pandai bersosialisasi. Terkadang ada anak yang masih
berusia 4 tahun, tapi dia sudah pandai berbicara dan memilki banyak teman. Hal
tersebut dikarenakan orangtuanya pandai mengasuh dan mendidik si anak. Jika
anak Anda kurang percaya diri dan bersikap malu-malu, maka beritahulah dan
ajarkanlah dengan baik agar ia mau mengubahnya. Seorang psikologi klinis dan
pengarang buku “Smart Parenting for Smart Kids”, Eileen Kennedy-Moore
mengatakan bahwa anak-anak mulai khawatir mengenai persahabatan pada usia 7
tahun ketika mereka memasuki fase perkembangan kognitif, tetapi tingkat
kecemasan orangtua mengenai interaksi sosial anaknya lebih tinggi. Agar Anda pandai
bergaul dan si anak bisa bersosialisasi dengan baik, sebaiknya Anda simak tips
berikut ini:
1. Biarkan
si anak memilih temannya sendiri
Biarkan si anak memilih temannya
sendiri dan Anda jangan paksa anak untuk bergaul dengan si A, B, atau, C.
Perasaan seorang anak akan berubah dengan cepat, misalnya pada suatu hari dia
pulang dan akan berkata, “Aku gak mau main lagi sama si Andra”, dan beberapa
hari kemudian dia akan berkata, “Mama aku tadi habis main sama Andra.” Untuk itu,
biarkan anak Anda memilih temannya sendiri.
2. Latih
anak dengan lembut Kehidupan sosial yang kaku akan membuat si anak kesulitan
mendapat teman. Untuk itu, Anda perlu melatih anak dengan lembut, seperti
melakukan kontak mata, tersenyum, menyapa seseorang, hingga mengobrol
dengan orang lain. Sebagai orangtua, Anda harus membangun kepribadian si anak
agar ia bisa tampil percaya diri di hadapan banyak orang.
3. Latih pendengaran dan keingintahuannya Jika
si anak sulit mencari teman, maka ajarkan ia fokus pada pendengaran serta
keingintahuannya terhadap suatu hal. Anda harus sering-sering mengajukan
pertanyaan padanya, misalnya dengan berkata, “Tadi di sekolah belajar apa nak?”
atau “Besok sarapan kamu mau dibuatin apa?” atau “Ada PR tidak?.” Dengan begitu,
si anak akan menjadi aktif dan percaya diri untuk berbicara.
4. Melakukan aktifitas yang bersifat sosial
Selain sekolah, Anda bisa mengajak si anak untuk mengikuti aktifitas lainnya
agar meningkatkan kemampuan berinteraksi dengan teman seusianya. Misalnya, mengaji,
les musik, les bahasa inggris dan lain kegiatan sosial lainnya. Hal ini akan
berdampak baik untuk perkembangan si anak.
5.
Merayakan pesta ulang tahunnya Anda bisa mengundang teman-teman si anak pada
saat hari ulang tahunnya. Cara ini akan membuat anak Anda memiliki banyak teman
dan mudah bergaul. Bila si anak malah asyik bermain game saja di rumah, maka
akan membuatnya tidak peka terhadap lingkungan sosial. Untuk itu, sekali-kali
Anda bisa merayakan pesta ulangtahunnya agar membuat ia merasa senang dan
memiliki banyak teman. Bila si anak sudah memiliki banyak teman, maka Anda juga
harus pintar-pintar mengawasinya. Terkadang sikap anak bisa menjadi nakal bila
sudah bermain dengan teman-temannya. Untuk itu, Anda juga harus mengimbangi antara
belajar dan bermain si anak. Dengan begitu, si anak akan pintar dalam
pendidikan dan bersosialisasi.
KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan adalah akar katanya pemimpin. Pemimpin adalah orang yang
melakukan pekerjaan memimpin yang mengandung arti adanya objek yang di pimpin.
Obyek yang di pimpin itu dinamakan pengikut atau followers.
Kemampuan memimpin adalah kombinasi berbagai karateristik yang memampukan
anak/seseorang untuk mengontrol diri sendiri ataupun orang lain.
Menjadi pemimpin tidak hanya memberi perintah atau mengarahkan orang lain,
tapi yang terpenting adalah memiliki inisiatif untuk mencapai tujuan kelompok.
Meski memang ada anak yang terlahir dengan bakat memimpin, sebetulnya
kepemimpinan lebih banyak di peroleh dari proses belajar.
Pengertian Anak Berjiwa Pemimpin
- Berjiwa
pemimpin berarti seseorang dapat mengenal dirinya dengan baik sehingga
mampu meregulasi dirinya dengan baik juga. Hal ini lah yang di sebut self
leadership.
- Tetapi
berjiwa pemimpin tidak selalu berarti mengarahkan orang lain
- Kepemimpinan
biasanya dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengarahkan orang lain
atau sekelompok orang dalam mencapai tujuan bersama yang diinginkan.
Sub-Indikator Perilaku Anak Berjiwa
Pemimpin
*
Inisiatif
- Sering melakukan kegiatan positif tanpa diminta
- Melakukan kegiatan bina diri secara mandiri
- Senang membantu dengan ikhlas
- Mengarahkan perilakunya secara mandiri
*
Mampu Bekerjasama
- Tertarik pada kegiatan berkelompok
- Mau berbagi mainan dan bermain bersama
- Menolong anggota kelompok yang kesulitan
- Kooperatif dalam melakukan kegiatan dalam kelompok kecil
- Bernegosiasi untuk menentukan aturan main dalam kelompok
*
Bertanggung jawab
- Mampu menyelesaikan tugas
- Konsisten dengan apa yang di katakan/ janjikan
- Mengakui dan meminta maaf apabila melakukan kesalahan
*
Mampu memecahkan masalah
- Fokus dan
tidak mudah putus asa dalam menyelesaikan masalah
- Memiliki ide
baru dan kreatif dalam memecahkan masalah
- Menggunakan
pengalaman&keberhasilan masa lalu dalam menghadapi situasi baru
- Dapat
merancang pemecahan masalah sebelum melakukannya
* Mampu berkomunikasi
persuasif
- Dapat membaca
suasana hati orang lain dan memberi respon yang sesuai
- Menemukan
cara yang tepat untuk meminta barang atau bantuan
- Mampu
berdiskusi untuk hal-hal yang sederhana ( menu makan siang, tempat liburan,
dll)
Tips-Menstimulasi Anak agar Berjiwa
Pemimpin
- Mengajarkan
nilai-nilai baik seperti tanggung jawab, kejujuran, membantu orang lain,
sopan santun dan tata krama
- Memberi
kesempatan pada anak untuk berperan serta ketika ia ingin membantu, dan
jangan sering melarang saat ia berinisiatif melakukan sesuatu
- Mendorong
anak untuk melakukan sesuatu dan tidak mudah menyerah
- Sesekali
beri kesempatan anak untuk gagal. Bantu anak untuk mencari cara lain untuk
berhasil dan tidak putus asa.
- Ajarkan
anak bekerjasama dalam kelompok untuk mengerjakan sesuatu, di mulai dari
hal yang sederhana sampai membuat sesuatu yang lebih sulit
- Memberi
banyak kesempatan pada anak untuk berkumpul dengan teman sebaya dalam
berbagai kesempatan
- Asah
ketrampilan anak dengan banyak di bacakan buku cerita, mendongeng,
bernyanyi bersama
- Memberi
contoh dan membimbing anak agar terampil berkomunikasi untuk memperoleh
yang diinginkan dan meminta bantuan.
5 cara melatih anak
jadi pemimpin
perhatikan
bunda apakah ia selalu "mengatur" teman-temannya mengenai permainan
apa yang akan dilakukan? Apakah teman-temannya dengan sukarela mengikuti
kemauannya? Apakah ia selalu berani mengungkapkan pendapatnya, dan meminta
untuk diberi kesempatan menyanyi atau berdoa di depan kelas?
Mungkin, belum semua anak menunjukkan perilaku yang menunjukkan karakter seorang pemimpin. Lalu, bagaimana cara mendorong mereka untuk mengembangkan perilaku kepemimpinan?
1. Tanyai pendapat mereka
Saat sedang bersama-sama di rumah, tanyakan pada mereka hal-hal seperti, "Kamu mau pakai kaos yang merah atau yang biru?" Atau, "Kamu mau susu coklat atau vanila?" Dengan menjawab pertanyaan seperti ini, mereka melatih kemampuan berbicara, dan bagaimana membuat keputusan yang baik.
2. Kenalkan mereka pada pemimpin
Ceritakan pada mereka mengenai sejumlah tokoh pemimpin, entah dari buku cerita, acara di TV, atau orang-orang yang ada di lingkungan kita. Saat mereka melihat bagaimana pemimpin beraksi, mereka akan tahu bagaimana perilaku seorang pemimpin. Kelak, ia pun akan meniru tingkah laku tersebut.
3. Puji perilaku kepemimpinan mereka
Jika mereka tidak tahu apa yang Anda inginkan, mereka tak akan pernah melakukannya. Karena itu, saat Anda tahu mereka melakukan suatu tindakan memimpin atau membuat keputusan yang baik, sampaikan pada mereka. Katakan, "Nah, gitu dong! Ibu senang kalau kamu mau berbagi!"
4. Lakukan kegiatan yang membantu mereka menunjukkan kemampuan memimpin
Kenalkan mereka pada kegiatan-kegiatan yang membantu mereka melakukan kemampuan memimpin. Misalnya, membantu mengatur barisan teman-temannya saat akan masuk kelas. Ketika mereka dibiasakan untuk melakukan hal-hal seperti ini, mereka juga akan mampu mempraktekkannya di rumah maupun di tempat lain.
5. Bantu mereka menentukan tujuan pribadi
Ketika mereka menentukan tujuan untuk diri mereka sendiri, yang tak ada hubungannya dengan kepentingan orang lain, otomatis mereka akan mendemonstrasikan kemampuan leadership. Sebab, mereka akan memimpin diri mereka sendiri.
Mungkin, belum semua anak menunjukkan perilaku yang menunjukkan karakter seorang pemimpin. Lalu, bagaimana cara mendorong mereka untuk mengembangkan perilaku kepemimpinan?
1. Tanyai pendapat mereka
Saat sedang bersama-sama di rumah, tanyakan pada mereka hal-hal seperti, "Kamu mau pakai kaos yang merah atau yang biru?" Atau, "Kamu mau susu coklat atau vanila?" Dengan menjawab pertanyaan seperti ini, mereka melatih kemampuan berbicara, dan bagaimana membuat keputusan yang baik.
2. Kenalkan mereka pada pemimpin
Ceritakan pada mereka mengenai sejumlah tokoh pemimpin, entah dari buku cerita, acara di TV, atau orang-orang yang ada di lingkungan kita. Saat mereka melihat bagaimana pemimpin beraksi, mereka akan tahu bagaimana perilaku seorang pemimpin. Kelak, ia pun akan meniru tingkah laku tersebut.
3. Puji perilaku kepemimpinan mereka
Jika mereka tidak tahu apa yang Anda inginkan, mereka tak akan pernah melakukannya. Karena itu, saat Anda tahu mereka melakukan suatu tindakan memimpin atau membuat keputusan yang baik, sampaikan pada mereka. Katakan, "Nah, gitu dong! Ibu senang kalau kamu mau berbagi!"
4. Lakukan kegiatan yang membantu mereka menunjukkan kemampuan memimpin
Kenalkan mereka pada kegiatan-kegiatan yang membantu mereka melakukan kemampuan memimpin. Misalnya, membantu mengatur barisan teman-temannya saat akan masuk kelas. Ketika mereka dibiasakan untuk melakukan hal-hal seperti ini, mereka juga akan mampu mempraktekkannya di rumah maupun di tempat lain.
5. Bantu mereka menentukan tujuan pribadi
Ketika mereka menentukan tujuan untuk diri mereka sendiri, yang tak ada hubungannya dengan kepentingan orang lain, otomatis mereka akan mendemonstrasikan kemampuan leadership. Sebab, mereka akan memimpin diri mereka sendiri.
Didik Anak Berjiwa "Entrepreneur" (Pengusaha)
Sejak Kecil
Menabung bisa membantu
menjadi 'alat ajar' orangtua untuk menanamkan sifat entrepreneur dalam diri
anak.
Tak mudah memiliki
mental seorang entrepreneur. Memiliki jiwa entrepreneur, berarti
mendorong adanya mental yang mandiri, kreatif, inovatif, bertanggung jawab, dan
tak mudah menyerah, seperti layaknya seorang wirausaha ketika memulai usahanya
dari bawah. Alangkah baiknya jika sifat-sifat ini ditanamkan pada anak sejak
dini untuk membantu mereka sukses menjalani seluruh kehidupannya.
"Bagi saya, entepreneur itu
bukan sekadar seseorang yang berwirausaha, tetapi lebih kepada sifat dan mental
seseorang yang kreatif dan mandiri," ungkap psikolog Tika Bisono kepada Kompas
Female saat acara Swoma (Sekar Womenpreneur Award) di Gedung Smesco,
Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Orang dewasa saja
belum tentu memiliki sifat entrepreneur karena berbagai alasan.
Maka, tak ada salahnya mendidik anak-anak sejak kecil untuk menerapkan
sifat-sifat tersebut dalam hidup sehari-hari. "Sebaiknya dilatih sejak
anak usia TK karena dalam tahap ini otak mereka lebih cepat menyerap informasi
dan meniru semua perbuatan orangtuanya karena rasa ingin tahunya yang
besar," tukasnya.
Memiliki jiwa entrepreneur akan
membuat anak tumbuh menjadi anak yang lebih mandiri dan tidak bergantung pada
orang lain, mampu berpikir kreatif dan inovatif, serta lebih menghargai uang
dan barang. Ada banyak cara yang bisa digunakan untuk mendidik anak agar punya
jiwa entrepreneur ini, salah satunya adalah mengenalkan uang
kepada anak sejak dini.
"Salah jika ada
yang berpikiran untuk menunggu sampai anak besar baru dikenalkan pada uang.
Justru kenalkan anak nilai dan nominal uang sejak kecil agar mereka bisa tahu
bahwa untuk mendapatkan uang butuh perjuangan. Namun, yang harus diperhatikan
adalah cara yang digunakan haruslah sesuai dengan usia si anak," beber
Tika lagi.
Orangtua bisa memberi
contoh kepada anak untuk menabung atau mengajak anak berbelanja dan
mengenalkannya dengan harga-harga. Menurut Tika, ketika anak-anak sudah kenal
uang dan perjuangan untuk mencari uang, mereka akan lebih berhati-hati ketika
meminta sesuatu kepada orangtuanya.
Selain itu, biasakan
juga untuk mengajarkan anak menabung uang sakunya sendiri. Hal ini bertujuan
membiasakan anak hidup hemat. Sifat hidup hemat yang ditanamkan sejak kecil
akan berdampak baik sampai ia dewasa.
Anda sebagai orangtua
sebaiknya juga tidak terlalu memanjakan anak dengan selalu menuruti semua
keinginannya. Didik anak untuk mandiri dan tidak terlalu sering merajuk.
Boleh-boleh saja sesekali menuruti permintaannya, tetapi jangan terlalu mudah
terbujuk rengekan atau tangisannya ketika meminta sebuah barang.
"Ajarkan ia untuk
bersabar ketika meminta sesuatu, atau minta saja dia menabung uang jajannya
sendiri untuk membeli mainan tersebut. Beri pengertian kepadanya bahwa untuk
mendapatkan mainan butuh uang dan harus ditabung terlebih dulu. Karena, menurut
penelitian, anak yang mampu meredam keinginannya dan bersabar ternyata lebih
pintar daripada anak yang tidak biasa bersabar," pungkas Tika.
Mengajarkan anak untuk
bersabar sekaligus akan melatih kemandirian dan tanggung jawabnya untuk mampu
mengendalikan diri serta emosionalnya.